Kamis, 20 Juli 2023

SEJARAH SINGKAT DAYA SUNGKUNG (Bidayuh)


SEJARAH SINGKAT DAYA SUNGKUNG (Bidayuh)
A.      Asal-Usul Dayak Bidayuh
Pasukan Perang Suku Dayak Bidayuh
Sebagaimana diceritakan oleh Kepala Adat Suku Dayak Bidayuh bapak Amin, bahwa nenek moyang Suku Dayak Bidayuh berasal dari Sungkung yang mendiami Gunung Sijakng Singulikng di wilayah Kabupaten Bengkayang yang bernama Siang Nuk Nyinukng. Keturunan-keturunan Siang Nuk Nyinukng yang menyebar atau berpindah ke daerah-daerah, yaitu: 
1.        Lipot Limang pindah dan masuk ke wilayah Sebujit Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang.
2.        Biu Samak Milib pindah ke wilayah Janggoi Sikalo, Subah Belatak, Jagoi Bung Jawid, yaitu suatu daerah di wilayah Bau Serawak Malaysia.
3.        Slutok Slunukng pindah ke daerah Menyuke Kabupaten Landak.
4.        Buta’ Sebangam masuk dan pindah ke wilayah Lara Senayukng (suku Bekatik), Sangau Beliok (Kampung Riok).
5.        Aloi No’nian pindah ke daerah Stas di wilayah Serawak Malaysia.
6.        Maka’, Kos Mu’Layankng dan Gonkng Maluoi pindah ke daerah Gumbang Serawak Malaysia.
7.        Mangang masuk dan pindah ke wilayah Siding Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang.
8.        Titi Ayunt pindah ke daerah Guun Serawak Malaysia.
9.         Obos masuk ke daerah Trenggos Serawak Malaysia.
10.    Tu’Laju pindah ke daerah Biak Serawak Malaysia.
11.    Asokng Boas masuk dan pindah ke wilayah Blimbant Serawak Malaysia.
Keturunan Lipot Limang inilah yang akhirnya dikenal sebagai Suku Dayak Bidayuh yang mendiami Desa Hli Bue di Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Salah satu penyebab keturunan Siang Nuk Nyinukng ini keluar dan menyebar dari Gunung Sijakng Singulikng adalah upaya mereka mencari lahan yang subur yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam. Faktor lain adalah mereka sering terlibat perang saudara karena sengketa tanah atau perebutan wilayah kekuasaan. Perang saudara ini sering dilakukan dengan cara mengkayau kepala musuh. Kayau atau memenggal kepala musuh di masyarakat Dayak saat ini sudah tidak lagi berlaku karena sudah masuk ke jaman modern dan mengerti  Hukun dan adat-istiadat. Hal ini seiring dengan kemajuan peradaban manusia di Kalimantan yang mulai mengenal ajaran agama. Selain itu masing-masing suku di Pulau Kalimantan mengadakan suatu perjanjian yang diprakarsai juga oleh bangsa Belanda yang dikenal dengan kesepakatan Tumbang Hanui.


B.       SUKU DAYA SUNGKUNG (Bi Sikukng)

Suku Dayak bi Sikukng atau Suku Dayak  orang Sungkung, adalah sub suku Dayak Rumpun Bidayuh yang bermukim di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau menempati 2 kampung yaitu Senutul dan Pool. Selain itu ada yang bermukim di Kabupaten Bengkayang, yang terdiri dari 7 kampung yaitu: Kampung Sungkung Senoleng, Sungkung Akit, Sungkung Kado'ok, Sungkung Lu’u, Sungkung Medeng, Sungkung Senebeh dan Sungkung Daun (Batu Ampar). Sedangkan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah Bahasa Begais, walaupun mereka terpencar di dua kabupaten yang berbeda dan negara yang berbeda mereka berasal dari satu nenek moyang yang sama.

C.      Jembatan Gantung 50 Meter ini Hanya Dibangun Dalam 1 Hari
Ekspedisi Sungkung. Jika Candi Prambanan yang terkenal tersebut konon hanya di bangun dalam tempo satu malam, meskipun tak satupun hal yang dapat membuktikannya, maka Jembatan Gantung sepanjang 50 meter ini nyata-nyata berhasil dibangun  hanya dalam waktu satu hari saja.  Incredible! Adalah penduduk daerah Sungkung yang merupakan penduduk asli Kalimantan sub suku Dayak Bidayuh yang menghuni kawasan dataran tinggi puncak bukit dan dataran tinggi gunung Sungkung di perbatasan Sarawak Malaysia dengan Kalimantan Barat Indonesia yang mampu melakukan hal tersebut. Pemukiman ini terletak di Kabupaten Bengkayang dan Sanggau Kalimantan Barat dan sering disebut sebagai Sungkung Kompleks, terdiri dari 6 kampung, yaitu kampung Sungkung Batu Ampar, Sungkung Senoleng, Sungkung Akit, Sungkung Lu’u, Sungkung Medeng, dan Sungkung Senebeh . Sedangkan yang dari Kabupaten Sanggau, Kecamatan Entikong, yaitu terdiri 2 Kampung Senutul dan Pool. Pemukiman ini nyaris terisolir, sebab tidak ada jalan kendaraan darat menuju kampung tersebut.  Satu-satunya akses adalah melewati Sungai Sekayam yang penuh riam dan jeram dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan menggunakan Sampan (Perahu) motor tempel dari pelabuhan Entikong di perbatasan Malaysia sampai kesungkung Medeng yang udah menjadi pelabuhan terakhir dibagian hulu Sungai Kekayan. Sesangkan ada juga akses jalan darat dari pelapuhan Sampan (Perahu) Pertama di Desa Suruh Tembawang dan juga tempat pembelanja orang-orang Sungkung yang dikunjungi setiap mingu sekali (hari Sabtu dan Minggu), dengan berjalan kaki sampai 3-5 jam menuju Kampung-Kampung Sungkung Kompleks, yang melewati kampung Pool , Senutul, Batu Ampar, Senoleng, sampai yang terjauh Sungkung Senebeh, Jaman dahulu penduduk kampung harus berjalan selama 2 hari menuju Entikong, dengan mendayung sampannya (Perahu) belum ada motor air.
 
Tranpotasi atau jalan akses melalui jalur air sungai sekayam dan jalan darat yang mengunakan kaki
Akses jalan ini yang melalui air Sungai Sekayam adalah menjadi jaiur utama bagi orang-orang sungkung, untuk mengujungi Kecamatan dan Kabupatennya masing-masing dalam kepentingan mereka. Ada juga yang melalui jalan darat dengan berjalan kaki namun makan waktu yang sangat lama.
wanita sungkung
Wanita Sungkung masih menggunakan gelang betis, tangan, pingul, dan leher yang masih unik (Tembaga Kuning). Menandakan bahwa jaman dulu mereka sangat menyukai prhasan seperti itu khususnya bagi kaum wanita seperti yang kita lihat dari 2 gambar nenek diatas.
Dibekali ketrampilan turun temurun, penduduk Sungkung ternyata mampu membangun jembatan gantung dengan panjang rata-rata 50 meter atau sama dengan lebar sungai Sekayam yang merupakan sungai utama di tempat mereka.  Tentu saja jembatan yang mereka bangun tidak terbuat dari material besi dan beton, melainkan menggunakan material lokal yang banyak terdapat di sekitar mereka yaitu berupa Bambu, Kayu dan Ijuk (Nau)  yang di olah sebagai bahan pengikat. Uniknya lagi abutment (pondasi bawah) dan tiang pylon (menara penyangga) jembatan dipilih dari pohon hidup yang terletak sejajar pada kedua belah bibir sungai. Biasanya pohon yang dipilih adalah pohon Sengkuang (Dracontomelon Dao) dan pohon Bungur (Lagerstroemia Indica) yang banyak tumbuh di tepian sungai Sekayam.
jembatan bambu_1 
Jembatan Gantung Bambu
Pembangunan jembatan dilakukan secara gotong royong.  Pria maupun wanita, tua dan muda penduduk desa serentak berkumpul di lokasi rencana pembangunan jembatan pagi-pagi sekali.   Mereka biasanya berjumlah 60 – 80 orang, tergantung jumlah penduduk kampung yang punya gawe. Seakan sudah mengerti tugasnya masing-masing, mereka segera saja mengambil posisi masing-masing.  Ada yang memilih dan memilah material bambu yang sudah mereka kumpulkan sehari sebelumnya.  Ada yang bertugas melangsir material.  Ada yang memasang dan merakit bambu.  Ada pula yang bertugas khusus mengikat sambungan bambu-bambu tersebut.  Oh ya! tak satu batangpun paku mereka pergunakan dalam pembangunan jembatan ini
Sementara pembangunan jembatan berlangsung,  kaum wanitanya memasak dan menyiapkan makanan untuk mereka semua.  Konstruksi jembatan dibangun dan dirakit serentak dari dua arah sehingga bertemu tepat di tengah-tengah sungai.  Tak ada mandor atau pengawas dalam pekerjaan ini, hanya sesekali satu atau dua orang dari mereka memberi arahan seperlunya.  Gambar kerjapun tak mereka perlukan.  Semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada. Walhasil, sebelum matahari terbenam Jembatan Gantung mereka sudah selesai dan dapat langsung dipergunakan.
Jembatan Gantung bambu ini banyak terdapat di sepanjang Sungai Sekayam.  Mereka membangun jembatan untuk memudahkan penduduk Sungkung membawa hasil panen ladang, sebab Sungai Sekayam sewaktu-waktu banjir dan berarus deras sehingga sulit untuk diseberangi.  Sungguh jembatan gantung yang murah dan tepat guna. Walaupun jembatan ini hanya dapat bertahan hingga 2 tahun saja, namun mereka kembali akan membangunnya di tempat lain lagi.  Dan hanya dibangun dalam waktu 1 hari saja! (DreamIndonesia)

Senin, 21 Maret 2016

JOURNAL SKRIPSI



ANALISIS PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI GURU DALAM 
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA
KELAS  VIII B  SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 3 ENTIKONG
KABUPATEN SANGGAU


ARTIKEL E-JOURNAL


OLEH


B E N I
NIM: 22 11 00114




FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH




FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2016
Judul Artikel                         :  Analisis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Guru
 dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahauan Sosial
 kelas VIII B Sekolah  Menengah Pertama  
 Negeri 3 Entikong  Kabupaten Sanggau
Nama                                      : Beni
Nim                                         : 221100114
Jurusan                                  : Pendidikan Sejarah
Asal                                         : Senutul
Alamat                                    : Dsn. Senutul, Des, Suruh Tembawang, Kec.
Entikong, Kab. Sanggau
Tangal Lulus Ujian Skripsi  : Kamis, 25 Maret  2016


ABSTRAK

Beni, (2016). Analisis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Guru dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial siswa Kelas  VII B  Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau, Skripsi. Pontianak: Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial, IKIP-PGRI Pontianak.

Penelitian ini ber tujuan untuk mengetahuai 1) pelaksanaan tugas guru dalam  pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau. 2) penerapan fungsi guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetehuan Sosial siswa kelas VIII B sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau. 3) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten  Sanggau.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa Tugas Dan Fungsi Guru Dalam Pembelajaran  Ilmu Pengetahauan Sosial Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong  Kabupaten Sanggau. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif dalam bentuk survey study. Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Penelitian menggunakan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam pengecekan data penelitian penelitian dengan prosedur penelitian yaitu pengumpulan data, reduksi data (data reduction) penyajian data (data display), verivikasi dan penarikan kesimpulan.

kesimpulan pada umumnya bahwa telah dilaksanakan Tugas Dan Fungsi Guru Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII B Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau yang sesuai dengan tugas dan fungsi seorang guru.

Kata kunci: Analisis, Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Guru Dalam   Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
ABSTRAK


Beni, (2016). Analysis Duties and Functions of Teachers in Education Social Sciences students of Class VII B Junior High School 3 Entikong the district, Thesis. Pontianak: Department of History, Faculty of Education and Social Sciences, Teachers' Training College-PGRI Pontianak.

This study it aims to mengetahuai 1) the implementation of tasks teacher in the Social Sciences class VIII B Junior High School 3 Entikong Sanggau. 2) application functions Pengetehuan teacher in the Social Studies class VIII B school SMP Negeri 3 Entikong Sanggau. 3) What are the factors that may affect the implementation of the tasks and functions of the teacher in the Social Sciences class VIII B Junior High School 3 Entikong Sanggau.

Samples taken in this study is in the form of Duties and Functions Master in Learning Sciences Social pengetahauan Class VIII B Junior High School 3 Entikong Sanggau. The method used is a qualitative approach with descriptive method in the form of a survey study. The technique of collecting data through direct observation, interviews and documentation. Research using triangulation sources and triangulation techniques in data-checking research study by the research procedures of data collection, data reduction (data reduction) data (data display), verification and conclusion.

conclusions in general that have implemented Tasks and Function Master in Social Sciences Student Learning Class VIII B In Junior High School 3 Entikong Sanggau in accordance with the duties and functions of a teacher.

Keywords: Analysis, Execution of Duties and Functions Master in Social Sciences    Learning
















1.    PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran sangat tergantung kepada guru sebagai sumber berajar. Dalam kondisi ini, proses pembelajaran akan belangsung ketika guru ada. Karena tanpa kehadiran guru di kelas sebagai sumber belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan peserta didik disekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu dilakukan adminitrasi kegiatan belajar-mengajar yang lazim disebut administrasi kurikulum.  Hal ini sesuai dengan pendapat James B. Brow (Sardiman A.M, 2014:144) yang mengemukakan bahwa “Tugas dan peran guru antara lain menguasai dan mengembang materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.”
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan yang terjadi kepada kepribadi siswa yang bentuk pola baru sebagai reaksi dari pengajaran yang dilakukan guru berupa percakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu pengertian. Sedangkan mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta mengarahkan perubahan tingkah laku pada siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan piskomotor siswa. Berkaitan dengan hal ini, Jahid dan Haris (2012:1) mengatakan belajar adalah “Kegiatan memiliki proses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelengaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya.
Belajar juga dapat dikatakan sebagai tahap perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dengan kata lain belajar juga merupakan berproses dan terdiri dari beberapa tahap yang harus dilalui oleh si pembelajar. Pembelajaran merupakan dan pengorganisasian komponen terdiri dari tujuan, bahan, metode, situasi, lingkungan dan evaluasi yang dilakukan guru dengan tujuan agar siswa melakukan kegiatan dan pengalaman belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar terjadi interaksi belajar guru dengan siswa dan antara  siswa dengan siswa lainya.
Kegiatan pembelajaran menurut Supriyadi (2013:54) adalah “Sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai  pengajar yang sedang mengajar.” Dengan kata lain pembelajaran merupakan  perpaduan kegiatan siswa yang melakukan kegiatan belajar serta guru yang melakukan kegiatan pengajaran. Keterpaduan dua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan murid pada waktu yang bersamaan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri.
Berkaitan dengan pembelajaran, pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto (2009:178) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu proses interaksi antara instruktur dan pembelajaran dalam suatu kegiatan belajar mengajar, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar ialah menentukan metode mengajar”. Berkaitan pendapat pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.” Untuk memahami dan meningkatkan cara pembelajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut yang terdiri dari budaya, sejarah, hambatan praktis, karakteristik guru sebagai guru, karakteristik siswa dan sifat alamiah proses belajar dan pembelajaran.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dikelas, Suryosubroto (2009:3) mengatakan bahwa “Tugas guru dalam proses balajar mengajar meliputi tugas paedagogis dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, gurulah yang memimpin dan bertangung  jawab penuh terhadap kepemimpinan.”Selanjutnya, Moh. Rifai (Suryosubroto, 2009:3) mengatakan bahwa “Dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertangung  jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan intruksi-intruksi dan tidak berdiri dibawah intruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah masuk kesituasi kelas.”
Guru mempunyai berbagai  tugas yang perlu diperhatikan. Tugas guru antara lain adalah professional, manusiawi, kemasyarakatan. Guru hendaknya bisa menjalani tugasnya secara baik, karena hal ini berkaitan dengan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran. Apabila tugas dan fungsi guru sudah berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka proses pembelajaran di sekolah akan belangsung dengan baik.
Maka dari itu disimpulkan, bahwa peneliti mengambil tugas dan fungsi guru agar kita ketahui bahwa dalam proses pelaksanaan tugas dan  fungsi guru yang terlihat masih belum maksimal. Demikian pula dengan penerapan fungi guru dalam pembelajaran, khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dapat terlihat dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.


2.    METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif dalam bentuk survey study, sumber data yang digunakan adalah data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Penelitian menggunakan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam pengecekan data penelitian penelitian dengan prosedur penelitian yaitu pengumpulan data, reduksi data (data reduction) penyajian data (data display), verivikasi dan penarikan kesimpulan.

3.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa Seorang guru yang memiliki tugas yang beragam yang kemudian akan diterapkan dalam bentuk pengabdian. Tugas pokok tersebut adalah Tugas Guru dalam bidang Profesi yaitu suatu proses transmisi ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai hidup. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen (UU.RI.No.14 th 2005) yang terdapat dalam bab 2 "Kedudukan, Fungsi Dan Tujuan" Pada Pasal 4 bahwa seorang guru memiliki tugas sebagai berikut : “Kedudukan Guru sebagai Tenaga Profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”.
Di dalam tugasnya seorang guru membantu peserta didik dalam meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka seorang guru harus mengikuti perkembangan teknologi agar apa yang di bawakan seorang guru pengajarannya tidak jadul. Seorang guru di harapkan dapat mengarahkan peserta didiknya dalam memecahkan persoalan yang telah di hadapinya dan bisa mengarahkan kepada jalan yang benar apabila mengalami persoalan yang negatif yang telah menimpa dirinya serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada peserta didik dalam membentuk kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing dari peserta didik.
Menanggapi hal tersebut diatas, Darmadi (2008:15) mengatakan bahwa guru mempunyai beberapa tugas yang perlu  di perhatiakn dan dilaksanakan. Tugas guru yang dimaksud adalah
1.    Tugas profesional
2.    Tugas manusiawi
3.    Tugas kemasyarakatan
Dengan demikian Pelaksanaan tugas seorang guru dalam pembelajaran, mengenai tugsa profesional, tugas manusiawi, tugas kmasyarakatan.  sesuai dengan teori Darmadi dan diperkuat dengan perundang-undangan tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 BAB IV Pasal 14 menyebutkan bahwa :“Yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas uatama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Pendapat lain dikemukakan oleh Saondi (2012:18) yang mengatakan bahwa “dalam proses pembelajaran mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan”.
Selain itu guru juga mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya, yaitu guru harus mampu mendidik, mengajar, melatih dan mengelola kelas. Jadi dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada para siswanya. Melainkan guru juga berkewajiban untuk membimbing dengan tujuan membentuk watak dan jiwa siswanya agar menjadi lebih baik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Fungsi guru merupakan proses mengajar-belajar. Oleh karena itu guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar bermanfaat dimasa yang akan datang. Daryanto (2009:175) mengatakan bahwa “dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi untuk menentukan sejauh mana peserta pendidikan dan pelatihan telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan”. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Seperti yang dikemukakan Daryanto (2009:178) bahwa “pembelajaran adalah suatu  proses interaksi antara instruktur dan pembelajar dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar ialah menentukan metode mengajar”. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat digentikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada.
Beberapa fungsi guru sehubungan dengan tugasnya selaku pengajar adalah guru sebagai informator, organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator dan mediator. Berkaitan dengan hal ini, Supriyadi (2013:73) mengatakan bahwa, “pada sassnya, fungsi atau peran pentingguru dalam proses mengajar-belajar (PMB) ialah sebagai “director of learning” (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akadenik) sebagai mana yang telah diterapkan dalam sasaran kegiatan prosea mengajar-belajar“.
Selanjutnya Daryanto (2009:2) mengatakan bahwa, “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatau perubahan tingkah laku yang baru serta keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Dengan demikian jelaslah bahwa pada dasarnaya Pelaksanaan tugas dan fungsi guru dalam pembelajaran sangat berkaitan dan sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Kesadaran akan perlunya tugas dan fungsi guru untuk dilaksanakan secara baik, merupakan harapan semua pihak oleh karena itu, hendaknya guru tetap menyadari tugas dan fungsinya sebagai seorang profesional dalam ilmu pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi guru tentu tidak akan terlepas dari berbagai faktor yang akan mempengaruhinya suatu kinerja guru. yaitu faktor pendukung dan penghambat. Saondi (2012:24) mengatakan bahwa “guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidik dan dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikn yang merupakan percerminan mutu pendidikan”. Berdasarkan hal tersebut keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Terkait  dengan hal tersebut kepribadian seorang guru sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Zakaiah Darajat(dalam Djamarah SB, 1994) mengemukakan bahwa “faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya”. (dalam Saondi 2012:24). Oleh karena itu, kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Kloges (dalam Suryabrata, 2001) mengemukakan bahwa ada tiga aspek kepribadian yaitu : (1). Materi atau bahan yaitu semua kemampuan (daya) pembawaan beserta talent-talentnya (keistimewaan-keistimewaan nya), (2). Struktur yaitu sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat normalnya. (3). Kualitas atau sifat yaitu sistem dorongan-dorongan. (dalam Saondi 2012:25).
Aspek-aspek tersebut merupakan potensi kepribadian sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya. Karena tanpa aspek tersebut sangat tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan. Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru tersebut memiliki akuntabilitas yang baik dengan kata lain prilaku akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir dengan hasil baik yang dapat memuaskan atasan yang memberi tugas itu dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atau segala pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak asal-asalan. Sesuai dengan undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 BAB IV Pasal 14 menyebutkan bahwa :“Yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas uatama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.


4.    KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui proses observasi dan wawancara maka dapat ditarik kesimpulan pada umumnya bahwa Tugas Dan Fungsi Guru Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII B Selolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong kabupaten Sanggau. Guru sudah melaksanakan tugas Nya sebagai seorang guru seperti tugas Profesional, Manusiawi, dan kemasyarakatan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Guru sudah melaksanakan fungsinya dengan baik seperti guru yang sebagamana mestinya harus bisa sebagai pengelolah proses kegiatan belajar-mengajar, guru harus bisa sebagai moderator, guru harus bisa sebagai motivator, guru harus bisa sebagai fasilitator, dan guru harus bisa sebagai evaluator. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau, baik itu faktor internal yang ada dalam diri guru tersebut dan faktor ekternal yang ada pada murid, sekolah, dan masyrakat di lingkungannya bisa di imbangi dalam perlakuannya sehinga guru bisa melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Berkaitan telah terlaksananya penelitian ini, ada beberapa hal yang disarankan terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII B di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Entikong Kabupaten Sanggau, antara lain sebagai berikut:
1.    Guru sebaiknya lebih meningkatkan lagi tugasnya disekolah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahauan Sosial agar bermakna dalam pembelajaran dan dapat dirasakan  oleh siswa tugas-tugas yang dikerjakan guru tersebut untuk menjadi guru yang handal.
2.    Guru lebih baik lagai yang mana dari sekarang dalam penerapan fungsinya sebagai seorang guru agar tercapai pembelajaran yang baik.
3.    Faktor-faktor yang menghambat tugas dan fungsi guru harus bisa diselesaikan dengan lebih baik lagi dengan banyak mencari solusi baru dalam penerapannya, misalnya dengan mengunakan metode-metode yang mendukung dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat aktif dalam pembelajaran






5.    DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, (2013). Evaluasi Pemberlajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Daryanto, (2009) Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif, Jakarta: Publisher.
Djamarah Syaiful Bahri, (2009). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Darmadi, Hamid, (2011) Metode  Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Darmadi, Hamid, (2008) Profesi Kependidikan,Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar, (2013) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jihad, Asep. dan Haris, Abdul, (2009) Evaluasi Pemberajaran,Yogyakarta: Multi Press.
Rusman, (2012). Belajar dan Pemberajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung: Alfabeta
Saondi, Ondi dan Suherman, Aris, (2010) Etika Profesi Keguruan, Bandung.
Sardiman, A.M, (2014), Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Supriyadi, (2013) Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Suryosubroto, B. (2009) Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Supriya, (2014). Pebdidikan IPS: Konsep Dan Pemberajaran, bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Uno, Hamzah B. (2011), Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tim Dosen STKIP-PGRI Pontianak, (2011), Pedoman Operasional, Tentang: Akademik,Kemahasiswaan, Penulisan Skripsi dan Makalah Bagi Mahasiswa. Pontianak: CV. Faruna Bahagia.
Mulyasa, E, (2013), Menjadi Guru Profesional Mencitakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT. Pemaja Rosdakarya.