KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya,
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Sejarah Eropa Lama, yang berjudul PERANG PUNISIA´.Tugas ini diharapkan
dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca. Dengan rasa hormat, kami
mengucapkan terima kasih kepada Emi Tipuk Lestari M. Pd sebagai dosen mata kuliah Sejarah Eropa Lama, serta
Teman - teman yang mengikuti mata kuliah ini yang member dukungan kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini tidak lepas
dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak dalam
keterkaitannya dengan perbaikan dari isi tugas ini sangat kami harapkan dan
diucapkan terima kasih.
Pontianak, 22 Maret 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 264 SM, Kartago adalah kota pelabuhan besar yang
terletak di pantai Tunisia modern. Didirikan oleh bangsa Fenisia
pada pertengahan abad ke-9 SM, Kartago merupakan negara-kota yang kuat. Di Mediterania Barat, hanya Republik Romawi yang
dapat menyaingi kekuasaan, kekayaan dan populasi Kartago. Sementara angkatan
laut Kartago merupakan yang terbesar di dunia kuno pada saat itu, Kartago tidak
memiliki angkatan bersenjata yang besar dan permanen, namun bergantung pada tentara
bayaran, menyewanya untuk peperangan.[3] Namun, kebanyakan perwira yang
mengkomandokan tentara adalah penduduk Kartago. Kartago terkenal akan kemampuan
mereka sebagai pelaut, dan tidak seperti angkatan bersenjata mereka, banyak
bangsa Kartago dari kelas bawah bekerja di angkatan laut, yang menyediakan
karier dan pendapatan yang cukup.
Pada tahun 264 SM, Republik
Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po.
Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian
besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada
awal Perang Punisia Pertama, Republik Romawi tidak memiliki angkatan laut dan
menjadi kelemahan mereka, hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka
sendiri selama perang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar
belakangi terjadi perang punisia?
2. Apa saja bentuk-bentuk
perang punisia?
3. Apa faktor penyebab
trjadinya perang punisia?
4. Apa dampak positif dan
negatifnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan
ciri-ciri perang pinisia.
2. Mendeskripsikan
kualitas perang punisia di dalam mata kuliah sejarah eropa lama.
3. Mendeskripsikan
hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya didalam perang punisia.
4. Mendeskripsikan
solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan dalam perang punisia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi
masyrakat
Bisa
dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas sejarah di Indonesia.
2. Bagi
Guru
Bisa
dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat
berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi
Mahasiswa
Bisa
dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri
pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang
punisia
Perang
Punisia adalah peperangan yang terjadi antara Romawi dengan Kartago antara tahun 264 hingga 146 SM,
dan merupakan perang terbesar di dunia kuno. Kata
Punisia sendiri berasar dari kata Punici,
yang memiliki arti Bangsa Fenisia dalam bahasa Latin.
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan
Republik Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya
berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli)
hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kerajaan Kartago. Pertempuran
berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan
Republik Romawi pada Perang Punisia I,
Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga
akhirnya padaPerang Punisia III,
Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya,
sehingga menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania
bagian barat.
Peperangan ini merupakan titik balik yang
berarti bahwa peradaban Mediterania kuno akan menjadi dunia modern melalui
Eropa, bukan melalui Afrika. Kemenangan Romawi terhadap Kartago dalam
peperangan ini memberikan Romawi status unggul hingga pembagian Romawi menjadi Romawi Barat dan Timur oleh Diocletian tahun 286 M.
a. Perang Punisia Pertama
Pada Perang Punisia Pertama (264
SM - 241
SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang
besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya
Republik Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, selain harus
menandatangani perjanjian yang merugikan dengan Romawi, Kartago juga mengalami
guncangan politik maupun militer, sehingga Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika dari Kartago, ketika Kartago terjerumus ke dalam perang tentara
bayaran.
b. Perang Punisia
Kedua
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM - 202 SM), pasukan Kartago
yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania,
menyusuri Semenanjung Iberia-dimana
dia berhasil menaklukkannya untuk meluaskan kekuasaan Kartago di Iberia.
Kemudian, Hannibal melewati daerah Galia, dimana dia berhasil
mendapatkan banyak pasukan bayaran. Hannibal dan pasukannya lalu bergerak
menuju Pegunungan
Alpen untuk menyerang
Roma dari utara, sebagai upaya untuk menghindari hadangan Republik Romawi jika
melewati daerah pesisir. Hannibal berhasil memenangkan sejumlah pertempuran
dahsyat di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran
Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Tiga
pertempuran ini menjadi kejeniusan Hannibal dalam menghadapi pasukan Romawi
yang jumlanya lebih banyak. Meski Hannibal berhasil mengalahkan Romawi di
daratan Italia, serta beberapa aliansi Republik Romawi terutama daerah Italia
bagian selatan menjadi berpihak kepada Hannibal, tetapi itu tidak cukup untuk
menaklukkan Roma, selain pasukan
Hannibal dirasakan kurang cukup untuk menaklukkan Roma, juga karena Republik
Romawi masih didukung oleh sebagian besar aliansi-aliansinya.
Republik Romawi yang berhasil bangkit, balik menyerang daerah
yang dikuasai Kerajaan Kartago, yaitu Hispania dan Sisila. Republik Romawi
juga mulai menyerang daerah Yunani-aliansi
Kerajaan Kartago. Penyerbuan ke Hispania dipimpin oleh Scipio Africanus. Scipio
berhasil menaklukan Hispania untuk Republik Romawi setelah melalui banyak
perang, diantaranya Pertempuran Ilipa. Setelah
Hispania, Romawi mulai menuju benua Afrika.
Hannibal yang masih di Italia ditarik kembali oleh Kerajaan Kartago untuk
melindungi dari serangan Romawi. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Scipio,
dengan bantuan dari Numidia yang dipimpin oleh Masinissa dan pasukan Kartago yang dipimpin oleh
Hannibal akhirnya berperang dalam sebuah
pertempuran di Zama. Pasukan Kartago mengalami kekalahan telak dalam
pertempuran ini. Kekaisaran Kartago kembali harus menandatangani perjanjian
yang kali ini membuat Kerajaan Kartago menjadi benar-benar melemah. Hal ini
dibuktikan dengan menghilangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya
menyisakan kota Kartago.
Isi perjanjian yang lain adalah tidak boleh melakukan peperangan dengan siapa
saja dengan alasan apapun dan harus membayar upeti ke Republik Romawi sampai 50
tahun mendatang.
c. Perang Punisia Ketiga
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan
Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago,
pada tahun 149 SM - 146 SM. Dilatar belakangi oleh seringnya bangsa Numidia
melakukan penjarahan di daerah Kartago, Kartago mulai melawan, yang berarti
adalah perang. Republik Romawi yang mengetahui Kartago melanggar janji,
memutuskan untuk menyerang Kartago. Selama hampir tiga tahun, Republik Romawi
menghadapi perlawanan hebat dari Kartago. Namun, Republik Romawi pada akhirnya
menang berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya
Kekaisaran Kartago. Para penduduk kota Kartago, hampir semuanya dijual sebagai
budak.
Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan
awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan
Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasukan Punisia adakah kekuatan
militer bangsa Punisia yang berasal dari Kartago
di Afrika Utara serta pasukan-pasukan dari etnis
Punisia seusai penghancuran Kartago pada Perang Punisia Ketiga. Polis
Kartago menguasai daerah yang luas di Maghreb,
Tunisia
modern, dan mengendalikan pesisir Tripolitania
dan Maroko
modern dengan basisnya di sisa-sisa pesisir Maghreb. Kerajaan-suku Numidia
lainnya di Magreb
merasakan adanya pengaruh Kartago pada masa jayanya. Namun dengan dukungan
Romawi setelah Perang Punisia Kedua, satu Kerajaan
Numidia bersatu, yang berumur pendek, didirikan, menambil alih pengaruh Kartago
di Maghreb dengan bangsa Punisia tahu bagiamana memainkan peran yang penting
sampai penaklukan Romawi. Di luar Afrika, bangsa Punisia menguasai dan
memengaruhi politik di sebagian besar area di Sisilia,
Korsika,
Sardinia,
dan Semenanjung Iberia. Kebanyakan catatan
mengenai militer Kartago bercerita mengenai konflik di daerah-daerah ini. Dalam
peperangan darat, kerajaan-kerajaan di Afrika biasanya sangat bergantung pada
tentara bayaran dari luar Afrika, sedangkan angkatan laut tetap diawaki oleh
orang Afrika. Mulai dari Perang Sisilia
sampai Perang Punisia, catatan mengenai
pasukan Afrika hampir selalu berasal dari musuh-musu mereka. Namun diketahui
bahwa pada Perang Pirros,
angkatan laut Kartago ikut membantu sekutu Romawi mereka.
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak
menuntut perubahan kesistem Sejarah yang lebih baik serta mampu bersaing secara
sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan oleh
teman-teman agar tidak ketinggalan
dengan impormasi lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya
manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa
teman-temani bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional
dan untuk mengembangkan history untuk kdepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Addington,
Larry H. (1990). The
Patterns of War through the Eighteenth Century. Indiana University
·
Allen,
William Francis; Myers, Philip Van Ness (1890). Ancient History for Colleges and High Schools: Part
II - A Short History of the Roman People. Boston, United States of America:
·
Bedford,
Alfred S.; Bradford, Pamela M. (2001). With
Arrow, Sword, and Spear: A History of Warfare in the Ancient World. Westport, Connecticut:
·
Mokhtar,
Gamal (1981). Ancient
Civilizations of Africa.
Berkeley, California: University of California
·
Niebuhr, Barthold
Georg (1844)
(PDF). Lectures on the history of Rome from the first Punic
war to the death of Constantine. In a series of lectures, including an introductory
course on the sources and study of Roman history, Volume 2. Taylor & Walton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar