Kamis, 18 Juni 2015

MAKALAH PERANG PUNISIA



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya,
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sejarah Eropa Lama, yang berjudul PERANG PUNISIA´.Tugas ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca. Dengan rasa hormat, kami mengucapkan terima kasih kepada Emi Tipuk Lestari M. Pd  sebagai dosen mata kuliah Sejarah Eropa Lama, serta Teman - teman yang mengikuti mata kuliah ini yang member dukungan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak dalam keterkaitannya dengan perbaikan dari isi tugas ini sangat kami harapkan dan diucapkan terima kasih.












Pontianak, 22 Maret 2013



Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pada tahun 264 SM,  Kartago adalah kota pelabuhan besar yang terletak di pantai Tunisia modern. Didirikan oleh bangsa Fenisia pada pertengahan abad ke-9 SM, Kartago merupakan negara-kota yang kuat. Di Mediterania Barat, hanya Republik Romawi yang dapat menyaingi kekuasaan, kekayaan dan populasi Kartago. Sementara angkatan laut Kartago merupakan yang terbesar di dunia kuno pada saat itu, Kartago tidak memiliki angkatan bersenjata yang besar dan permanen, namun bergantung pada tentara bayaran, menyewanya untuk peperangan.[3] Namun, kebanyakan perwira yang mengkomandokan tentara adalah penduduk Kartago. Kartago terkenal akan kemampuan mereka sebagai pelaut, dan tidak seperti angkatan bersenjata mereka, banyak bangsa Kartago dari kelas bawah bekerja di angkatan laut, yang menyediakan karier dan pendapatan yang cukup.
Pada tahun 264 SM, Republik Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po. Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada awal Perang Punisia Pertama, Republik Romawi tidak memiliki angkatan laut dan menjadi kelemahan mereka, hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka sendiri selama perang.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang melatar belakangi terjadi perang punisia?
2.    Apa saja bentuk-bentuk perang punisia?
3.    Apa faktor penyebab trjadinya perang punisia?
4.    Apa dampak positif dan negatifnya?


C.  Tujuan Penulisan
1.    Mendeskripsikan ciri-ciri perang pinisia.
2.    Mendeskripsikan kualitas perang punisia di dalam mata kuliah sejarah eropa lama.
3.    Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya didalam perang punisia.
4.    Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan dalam perang punisia.

D.  Manfaat Penulisan
1.  Bagi masyrakat
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas sejarah di Indonesia.
2.  Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3.  Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Perang punisia
Perang Punisia adalah peperangan yang terjadi antara Romawi dengan Kartago antara tahun 264 hingga 146 SM, dan merupakan perang terbesar di dunia kuno. Kata Punisia sendiri berasar dari kata Punici, yang memiliki arti Bangsa Fenisia dalam bahasa Latin.
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan Republik Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kerajaan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya padaPerang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, sehingga menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.
Peperangan ini merupakan titik balik yang berarti bahwa peradaban Mediterania kuno akan menjadi dunia modern melalui Eropa, bukan melalui Afrika. Kemenangan Romawi terhadap Kartago dalam peperangan ini memberikan Romawi status unggul hingga pembagian Romawi menjadi Romawi Barat dan Timur oleh Diocletian tahun 286 M.
a.    Perang Punisia Pertama
Pada Perang Punisia Pertama (264 SM - 241 SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Republik Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, selain harus menandatangani perjanjian yang merugikan dengan Romawi, Kartago juga mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika dari Kartago, ketika Kartago terjerumus ke dalam perang tentara bayaran.
b.   Perang Punisia Kedua
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM - 202 SM), pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania, menyusuri Semenanjung Iberia-dimana dia berhasil menaklukkannya untuk meluaskan kekuasaan Kartago di Iberia. Kemudian, Hannibal melewati daerah Galia, dimana dia berhasil mendapatkan banyak pasukan bayaran. Hannibal dan pasukannya lalu bergerak menuju Pegunungan Alpen untuk menyerang Roma dari utara, sebagai upaya untuk menghindari hadangan Republik Romawi jika melewati daerah pesisir. Hannibal berhasil memenangkan sejumlah pertempuran dahsyat di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Tiga pertempuran ini menjadi kejeniusan Hannibal dalam menghadapi pasukan Romawi yang jumlanya lebih banyak. Meski Hannibal berhasil mengalahkan Romawi di daratan Italia, serta beberapa aliansi Republik Romawi terutama daerah Italia bagian selatan menjadi berpihak kepada Hannibal, tetapi itu tidak cukup untuk menaklukkan Roma, selain pasukan Hannibal dirasakan kurang cukup untuk menaklukkan Roma, juga karena Republik Romawi masih didukung oleh sebagian besar aliansi-aliansinya.
Republik Romawi yang berhasil bangkit, balik menyerang daerah yang dikuasai Kerajaan Kartago, yaitu Hispania dan Sisila. Republik Romawi juga mulai menyerang daerah Yunani-aliansi Kerajaan Kartago. Penyerbuan ke Hispania dipimpin oleh Scipio Africanus. Scipio berhasil menaklukan Hispania untuk Republik Romawi setelah melalui banyak perang, diantaranya Pertempuran Ilipa. Setelah Hispania, Romawi mulai menuju benua Afrika. Hannibal yang masih di Italia ditarik kembali oleh Kerajaan Kartago untuk melindungi dari serangan Romawi. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Scipio, dengan bantuan dari Numidia yang dipimpin oleh Masinissa dan pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal akhirnya berperang dalam sebuah pertempuran di Zama. Pasukan Kartago mengalami kekalahan telak dalam pertempuran ini. Kekaisaran Kartago kembali harus menandatangani perjanjian yang kali ini membuat Kerajaan Kartago menjadi benar-benar melemah. Hal ini dibuktikan dengan menghilangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago. Isi perjanjian yang lain adalah tidak boleh melakukan peperangan dengan siapa saja dengan alasan apapun dan harus membayar upeti ke Republik Romawi sampai 50 tahun mendatang.
c.    Perang Punisia Ketiga
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM - 146 SM. Dilatar belakangi oleh seringnya bangsa Numidia melakukan penjarahan di daerah Kartago, Kartago mulai melawan, yang berarti adalah perang. Republik Romawi yang mengetahui Kartago melanggar janji, memutuskan untuk menyerang Kartago. Selama hampir tiga tahun, Republik Romawi menghadapi perlawanan hebat dari Kartago. Namun, Republik Romawi pada akhirnya menang berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya Kekaisaran Kartago. Para penduduk kota Kartago, hampir semuanya dijual sebagai budak.
Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pasukan Punisia adakah kekuatan militer bangsa Punisia yang berasal dari Kartago di Afrika Utara serta pasukan-pasukan dari etnis Punisia seusai penghancuran Kartago pada Perang Punisia Ketiga. Polis Kartago menguasai daerah yang luas di Maghreb, Tunisia modern, dan mengendalikan pesisir Tripolitania dan Maroko modern dengan basisnya di sisa-sisa pesisir Maghreb. Kerajaan-suku Numidia lainnya di Magreb merasakan adanya pengaruh Kartago pada masa jayanya. Namun dengan dukungan Romawi setelah Perang Punisia Kedua, satu Kerajaan Numidia bersatu, yang berumur pendek, didirikan, menambil alih pengaruh Kartago di Maghreb dengan bangsa Punisia tahu bagiamana memainkan peran yang penting sampai penaklukan Romawi. Di luar Afrika, bangsa Punisia menguasai dan memengaruhi politik di sebagian besar area di Sisilia, Korsika, Sardinia, dan Semenanjung Iberia. Kebanyakan catatan mengenai militer Kartago bercerita mengenai konflik di daerah-daerah ini. Dalam peperangan darat, kerajaan-kerajaan di Afrika biasanya sangat bergantung pada tentara bayaran dari luar Afrika, sedangkan angkatan laut tetap diawaki oleh orang Afrika. Mulai dari Perang Sisilia sampai Perang Punisia, catatan mengenai pasukan Afrika hampir selalu berasal dari musuh-musu mereka. Namun diketahui bahwa pada Perang Pirros, angkatan laut Kartago ikut membantu sekutu Romawi mereka.

B.  Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem Sejarah yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan oleh teman-teman agar tidak  ketinggalan dengan impormasi lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa teman-temani bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional dan untuk mengembangkan history untuk kdepannya.


DAFTAR PUSTAKA
·         Addington, Larry H. (1990). The Patterns of War through the Eighteenth Century. Indiana University 
·         Allen, William Francis; Myers‏, Philip Van Ness (1890). Ancient History for Colleges and High Schools: Part II - A Short History of the Roman People. Boston, United States of America: 
·         Bagnall‏, Nigel (2002). The Punic Wars, 264-146 BC. Oxford, United Kingdom: 
·         Bedford, Alfred S.; Bradford, Pamela M. (2001). With Arrow, Sword, and Spear: A History of Warfare in the Ancient World. Westport, Connecticut: 
·         Bringmann, Klaus (2007). A History of the Roman Republic. Cambridge, United Kingdom:
·         Lazenby, John Francis (1996). The First Punic War: A Military History. Stanford, California: 
·         Mokhtar, Gamal (1981). Ancient Civilizations of Africa. Berkeley, California: University of California

Tidak ada komentar:

Posting Komentar